Ibnu Hajar dalam _al-Ishabah fi Ma’rifatish Shahabah_ dan Ibnu Abdil Barr dalam _al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ash-hab_ menyebutkan seorang sahabat Nabi dari Bani Hanifah, dikatakan bernama ar-Rajjal bin ‘Unfuwah, riwayat lain menyebutkan bahwa ia adalah Rahhal bin ‘Unfuwah. Menurut Ibnu Abdil Barr, ar-Rahhal itu panggilan (laqab) namanya adalah Nahar bin Unfuwah. Ia adalah salah satu dari delegasi bani Hanifah yang datang kepada Nabi SAW untuk masuk Islam, mempelajari al-Qur’an, lalu mendakwahi kaum mereka.
Abu Hurairah r.a. bercerita, “Suatu hari aku duduk dengan Rasulullah SAW, bersama sekelompok orang di antaranya ar-Rajjal bin ‘Unfuwah.
Rasulullah SAW berkata, “Di antara kalian ada seorang yang gigi gerahamnya nanti di neraka sebesar gunung Uhud.”
Sampai semua orang yang yang hadir di majlis itu meninggal, kecuali Abu Hurairah dan ar-Rajjal. Abu Hurairah berkata, “Aku dan ar-Rajjal senantiasa ketakutan setelah mendengar sabda Nabi tersebut.”
Hingga muncullah Musailamah al-Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi. Dan Ar-Rajjal bergabung serta mengakui kenabian Musailamah si pendusta. Ia pun mati terbunuh di tangan Zaid bin Khatthab RA, abang Umar bin Khatthab r.a.
Abu Hurairah RA pun lega, karena yang dimaksud dalam sabda Nabi tersebut menjadi jelas.
Saif bin Umar dalam al-Futuh meriwayatkan bahwa Furat bin Hayyan, Abu Hurairah dan Rajjal bin Unfuwah, suatu hari keluar dari majelis Nabi SAW. Nabi SAW berkata, “Salah seorang dari mereka gerahamnya di neraka nanti lebih besar dari gunung Uhud. Dia memiliki tengkuk penipu.”
Sabda Nabi tersebut sampai kepada mereka. Hingga ketika sampai kabar terbunuhnya ar-Rajjal, Abu Hurairah dan Furat pun bersujud syukur.
Rafi’ bin Khudaij r.a. berkata, “Ar-Rajjal bin Unfuwah memiliki sifat khusyu’, selalu membaca al-Qur’an dan berbuat baik. Tetapi Rasulullah SAW melihat hal yang aneh. Suatu saat Rasulullah SAW mendatangi kami, ar-Rajjal ketika itu duduk bersama kami.
Rasulullah SAW berkata, “Salah seorang mereka ada di neraka.”
Rafi’ melihat orang-orang tersebut adalah Abu Hurairah, Abu Arwa, Amr bin Thufail dan ar-Rajjal.
Rafi’ berkata, “Aku berpikir dan terheran-heran.”
Ketika Banu Hanifah murtad, (dan ar-Rajjal dari mereka). Rafi’ bertanya, “Apa yang dilakukan ar-Rajjal?”
Orang-orang mengatakan, “Dia terimbas fitnah (cobaan). Dia bersaksi bahwa Musailamah adalah utusan Allah, dan ar-Rajjal ikut dalam pasukan Musailamah.”
Rafi’ bin Khudaij pun berkata, “Yang dikatakan Rasulullah SAW benar.”
Mereka mengabarkan bahwa ar-Rajjal berkata tentang fitnah Musailamah, “Dua domba saling menanduk. Yang lebih kita sukai adalah domba kita.” Yang dia maksudkan adalah dia lebih mencintai si pendusta Musailamah berbanding Rasulullah SAW.
Semoga Allah melindungi kita dari fitnah dunia dan akhirat, senantiasa memberi hidayahNya untuk kita, dan mengurniakan kita husnul khatimah.
(Kredit kepada penulis asal artikel ini)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.